Selasa, 29 Desember 2009

Masa Depan di Tangan Umat Islam

Oleh: Dr. Raghib Al-Sirjani
Penerjemah: Muhammad Yasin

Sebagian umat Islam masih meyakini bahwa kepemimpinan Islam atas dunia hanyalah nostalgia sejarah yang telah berlalu. Sedangkan masa depan hanyalah milik Timur atau Barat, tidak untuk umat Islam. Sebagian umat Islam lainnya ada yang optimis bahwa Islam pasti kembali menguasai dunia, tapi dalam waktu yang masih begitu lama, yang tidak dirasakan oleh kita, anak kita, bahkan cucu-cucu kita.

Seiring dengan realita yang menyedihkan ini, dan di tengah badai konspirasi berkecamuk menaungi umat Islam, apakah Anda pernah bertanya, bagaimana mungkin umat Islam bisa pesimis sedangkan di tangan mereka ada Al-Quran dan hadis Rasulullah Saw.?!

Al-Quran dan hadis menjanjikan kemenangan umat Islam di masa depan. Ini adalah janji yang tidak akan dibantah oleh mereka yang paham terhadap hakikat Islam, dan karakteristik dari umat Islam itu sendiri.

Saya hanya memilih 10 hakikat yang memberi kabar gembira. Barang siapa yang ingin menambahkannya, maka kembalilah kepada Al-Quran dan hadis. Sungguh keajaiban keduanya tak akan pernah bertepi. Dan kemuliaan keduanya takkan pernah ditelan masa.

Hakikat Pertama
Sunnah At-Tadawul (Sunnah Pertukaran Masa Kegemilangan)

Sesungguhnya, putus asa merupakan sifat orang-orang yang tidak mengetahui karakteristik sunanullah (Sunnah-sunnah Allah) di dunia. Allah mengehendaki adanya pertukaran masa dalam kehidupan manusia. Allah berfirman, “Jika kamu terluka (pada perang Uhud), maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun terluka (pada perang Badar). Dan masa (kemajuan dan kemuduran) itu, Kami mempergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)…” (Ali Imran: 140)

Ini hakikat dari sunnah Allah itu, sebagaimana umat Islam pernah terluka pada suatu masa, maka umat-umat lainnya juga mengalami hal yang serupa. Setiap umat memiliki masa kejayaan dan kehancuran, dan setiap masa, haruslah ada umat yang berkuasa dan menguasai umat-umat lainnya. Setiap umat pasti merasakan hidup, kemudian melemah, dan akhirnya menjemput kematian, kecuali satu umat yang telah menguasai begitu banyak umat dari zaman ke zaman, tapi ia tidak pernah mati. Itulah umat Islam.

Sekarang, dimanakah peradaban Romawi?! Tidak ada yang tersisa kecuali bangunan-bangunan mereka. Dimanakah peradaban Yunani?! Tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali filsafat kosong dan tempat-tempat persembahan paganisme. Dimanakah peradaban Persia?! Mereka telah mati dan tidak meninggalkan apa-apa.

Dimanakah peradaban Farâ‘inah (Fir‘aun-fir‘aun)?! Tidak tersisa kecuali bangunan-bangunan—seperti bangunan ‘Ad dan Tsamud—, dan mayat yang diawetkan, tapi di mana Fir‘aun-fir‘aun itu? Bila tidak di dalam kubur maka mereka telah ditelan lautan.

Di mana bangsa Tatar dan bala tentaranya?! Tidak sedikitpun jejak mereka tersisa. Di manakah Imperium Inggris yang mataharinya tidak akan pernah tenggelam?! Sungguh ia hanyalah pengikut yang hina. Dimanakah Imperium Kekaisaran Rusia?! Dan dimanakah Komunismenya?! Sungguh semuanya telah jatuh dengan cara yang menyedihkah.

Kemudian kekuasaan dunia diambil alih oleh umat-umat lainnya, dan mereka pun akhirnya membentur kehancuran dan jatuh. “Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh.” (Ad-Dukhan: 29)

Oleh karena itulah, Anda jangan takjub bila ada umat yang dhalim berhasil menguasai dunia, kemudian sombong, dan bertindak semena-mena. Sugguh itu merupakan masa kejayaan, tapi, sungguh kejayaan itu tidak akan keluar dari sunnah Allah di bumi dan sunnah Allah pada makhluknya (sunnah Tadawul). Sebenarnya, ketika mereka berhasil menaiki puncak tertinggi, ketika itulah saatnya mereka sedang turun, terjatuh dan runtuh. Tidak ada yang mampu merubah sunnah Allah ini.

Hakikat Kedua
Keabadian Umat Islam

Apabila sunnah Allah menyatakan bahwa seiap umat akan mati dan mengalami kehancuran, maka begitu juga dengan umat Islam. Akan tetapi, umat Islam tidak akan pernah jatuh kecuali setelah kejatuhan adanya kebangkitan. Ia tidak akan pernah lemah, kecuali setelah kelemahannya muncul kekuatan baru. Ia adalah umat yang tidak pernah kalah, bila kalah maka ia pasti mendulang kemenangan yang lebih gemilang!

Kenapa?!

Pertama, karena karakteristik umat Islam adalah menjadi saksi bagi umat-umat lainnya. “Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Al-Baqarah: 143).

Ya, kita menjadi saksi bagi umat-umat terdahulu—sebelum Islam—yang disebutkan dalam Al-Quran, dan kita juga menjadi saksi bagi umat saat ini—dengan mata kita, hukum, syariat dan lainnya—hingga hari kiamat. Sehingga umat Islam akan tetap ada selama kehidupan masih ada. Sedangkan kezhaliman, tidak diragukan lagi kehancurannnya.

Kedua,
karakteristik umat Islam adalah pembawa risalah penutup, dan kalimah akhir dari Allah kepada ciptaannya. Tidak ada rasul setelah rasul kita (shallâhu ‘alaihi wa sallam). Dan tidak ada risalah lainnya setelah Islam. Oleh karena itu, Allah menjaga umat Islam untuk seluruh makhluk yang ada di seluruh permukaan bumi.

Ketiga, umat Islam merupakan satu-satunya yang senantiasa mengajari umat lain tanpa mengharap uang dan imbalan. Bahkan terkadang, musliminlah yang mengeluarkan uang, berusaha dengan sungguh-sungguh, berpeluh keringat, mengorbankan waktu bahkan jiwa agar ia mampu mengajar umat-umat lainnya.

Adakah umat lainnya yang melakukan hal itu selain umat Islam? Bukankah umat-umat lain hanya menjajah untuk memperoleh keuntungan, menguras kekayaan alamnya dan membunuh penduduknya?! Sebaliknya, umat Islam senantiasa mengorbankan jiwa-raganya untuk menyelamatkan manusia dari api Neraka, kekufuran, dan kesesatan kepada keselamatan dan Surga?!

Bukankah Rabi‘i bin ‘Amir mengatakan, “Kami hadir untuk mengeluarkan hamba, dari menghambakan dirinya kepada hamba, menuju penghambaan diri kepada Sang pencipta hamba! Dari politheisme kepada keadilan Islam, dan dari sempitnya dunia menuju kelapangan dunia dan akhirat.” “…Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terimakasih.” (Ad-Dahri: 9)

Inilah sebagian dari karakteristik umat Islam. Hadirnya merupakan kebaikan bagi bumi, dan kepergiannya berarti kehancuran bagi dunia. “Kamu adalah umat yang tebaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah…” (Ali Imran: 110).

Apabila kekekalan merupakan salah satu karakteristik dari umat Islam, maka mengapa harus ada pesimisme dan keputusasaan?

Hakikat Ketiga
Hakikat Perperangan

Allah Swt. berfirman, “…Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Al-Anfal: 30)

Seluruh yang kita hadapi, mulai dari pengkhianatan, konspirasi, kecurangan, kelicikan, kemunafikan dan kebohongan—semua ini—tergolong dalam “Mereka memikirkan tipu daya”. Akan tetapi, lihatlah sisi lain yang berhadapan langsung dengan tipu daya tersebut, “Dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya.”

Allah ‘azza wa jalla menghadapi tipu daya mereka dengan tipu daya-Nya. “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha suci Allah dan maha tinggi dari apa yang mereka sekutukan.” (Az-Zumar: 67)

Ayyuhal muslimûn… apabila kalian berputus asa akan pengaturan Islam atas dunia di masa depan, maka itu karena kalian tidak memahami hakikat peperangan sebenarnya. Kalian belum menyadari benturan sesungguhnya dan sejauh mana kekuatan benturan itu. Sesungguhnya peperangan itu bukanlah antara muslimîn dan kâfirîn, walaupun dhahir-nya memang demikian.

Sesungguhnya peperangan itu adalah antara Allah Swt. dan siapa saja yang melenceng dari jalan-Nya, kafir terhadap ibadah kepada-Nya, rela terhadap selain hukum Allah, dan mereka yang menerima undang-undang selain Al-Quran. Ia merupakan perang antara Allah melawan kelompok kerdil dan hina di antara ciptaan-ciptaan yang Maha Suci. Dan Allah, senantiasa memberi rahmat bagi mukminîn, memuliakan mereka, dan menjadikan mereka sebagai tentaran-Nya, pendukung-Nya, dan wakil-Nya di muka bumi.

Oleh karena itu, mukminin harus berdiri tegar di hadapan orang-orang kafir dan berpegang terguh terhadap minhaj Tuhannya, mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan larangan-Nya, memegang janjinya kepada Allah, merindukan Syurga, takut akan Neraka, ikhlas dalam beramal, dan selalu berharap dengan sungguh-sungguh kepada-Nya. Apabila mukminin melakukan hal itu—Maha Suci Allah dengan segala Keagungan-Nya—itulah yang menolong mereka, menjaga mereka, mengukuhkan mereka, penolong bagi tentara mereka, dan mengalahkan musuh-musuh mereka.

Wahai orang-orang beriman… dengarlah seruan Allah yang melantun indah, sehingga kamu memahami hakikat peperangan yang sebenarnya:

“Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah yang melempar.” (Al-Anfal 17)

“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.” (At-Thâriq: 15-16)

“Mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah, betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, Kami membinasakan mereka beserta kaumnya semua.” (An-Naml: 50-51).

Wahai muslimûn yang dimuliakan dengan Islam, apakah kalian menyadari untuk siapa kalian bebuat?! Dan kepada tiang apa yang kalian berpegang?! Sesungguhnya kalian berbuat adalah untuk Allah, dan berpegang pada tiang Allah yang begitu kukuh!

Apakah pelaku konspirasi yang berada dibawah sayap kegelapan, membuat rencana-rencana licik, luput dari pantauan Allah?! “(Luqman berkata), ‘anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada di dalam batu, atau di langit, atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah maha halus lagi maha mengetahui’.” (Al-Luqman: 16)

Apabila pelaku konspirasi itu, ketika menembakkah roketnya dan berbagai senjata penghancur lainnya; apakah senjata itu jatuh tanpa sepengetahuan Allah?! Apabila Allah mengetahui jatuhnya daun di zaman dan tempat tertentu, maka bagaimanakah dengan jatuhnya roket?!

Bacalah ayat ini dan kemudian renungilah, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang ada di darat dan lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur kecuali Dia mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak ada sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lawh Mahfûzh).” (Al-An‘am: 59)

Hakikat Keempat
Hakikat Kabar Gembira Dalam Al-Quran dan Hadis

Allah berfirman, “Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (Ar-Rum: 47) Dan Allah berfirman, “Kami sungguh akan menolong rasul Kami dan orang-orang yang beriman di kehidupan dunia dan (pada) hari ditegakkannya kesaksian.” (Ghafir:51)

Seperti inilah janji Allah; “an-nashru fî dâraini” (kemenangan di dunia dan akhirat). Di manapun muslimun berada, mereka haruslah menang, karena ini merupakan janji Allah dan Maha Suci Allah tidak pernah melanggar janji-Nya.

Simaklah firman Allah berikut ini, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum merea berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah di ridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menymbah-Ku dengan tidak mempersekutukan dengan sesuatu apapun. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 54)

Dari ayat ini, apabila iman, amal saleh, dan ibadah yang ikhlas menyatu tanpa menyekutukan-Nya, maka kekuasaan di bumi merupakan sebuah keniscayaan, pengukuhan terhadap agama, dan menciptakan keamanan tanpa ada sedikit pun rasa takut.

Marilah bersama-sama kita melihat pada sebuah kejadian yang begitu menakjubkan pada peperangan Bani Nadhir, Allah Swt. berfirman, “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli-ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar (mengapa kalian terpana dengan kukuhnya benteng Yahudi, sehingga menyangka mereka tidak akan kalah), dan mereka (Yahudi) pun meyakini, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah.” Apa yang terjadi? “Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkah ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. (Kemudian, apa tanggapan dari kejadian ini?) Maka, ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.” (Al-Hasyr: 2)

Ya, tujuan dari kisah ini adalah agar kita menjadikannya sebagai pelajaran yang paling berharaga… Al-Quran tidak mengungkap sejarah haya sebagai sejarah, tapi Al-Quran merupakan kitab mulia yang berdenyut bersama kehidupan, dan menunjuki kepada sirâth al-mustaqîm.

Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim r.a. dari Tsauban r.a., “Sesungguhnya Allah menggenggamkan dunia kepadaku, maka aku melihat Timur dan Barat, sesungguhnya kekuasaan umatku akan meliputi apa yang telah Allah genggamkan kepadaku.” Na‘am yâ ikhwânî, sesungguhnya umat Islam akan menguasai Timur dan Barat.

Pada kesempatan lain, Rasulullah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Thabrani, dan Ibnu Hibban, dan disahihkan oleh Imam Al-Bani, dari Tamim Ad-Dari berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya Islam akan menjangkau seluruh siang dan malam (seluruh dunia), dan tidak ada rumah yang besar maupun kecil, kecuali Allah memasukkan Islam kedalamnya, dengan kemuliaan yang mulia dan kehinaan yang hina. Kemuliaan yang Allah muliakan Islam dengan kemuliaan itu, dan kehinaan yang Allah hinakan kufur dengan kekufuran itu.”

Dalam riwayat Imam Ahmad yang disahihkan oleh Al-Bani, dari Abi Qabil r.a. berkata, kami sedang berada bersama ‘Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash r.a. kemudian ia ditanya, kota apakah yang akan dibebaskan terlebih dahulu, Qisthantiniyyah atau Rumawiyyah? Kemudian Abdullah berkata sembari mengeluarkan bukunya, dan berkata, ‘Ketika kami duduk bersama Rasulullah, kami sempat menulis jawaban ketika Rasulullah ditanyakan, kota apa yang akan dibebaskan terlebih dahulu, Qisthantiniyyah atau Rumaniyyah? Maka Rasul menjawa, kota Herqel (Qistanthiniyyah) yang dibebaskan pertama kali.”

Qisthantiniyyah merupakan ibu kota dari Daulah Rumawiyyyah Timur ketika itu, dan sekarang bernama Istanbul. Sedangkan Rumaniyyah adalah bangsa Rumawi yang beribu kota di sebelah barat Daulah Rumawiyyah. Keduanya merupakan pusat kristen di seluruh dunia.

Hadis ini mengisahkan, para sahabat sebenarnya mengetahui bahwa kedua kota tersebut akan dibebaskan, namun mereka hanya menanyakan kota mana yang akan dibebaskan terlebih dahulu. Maka Rasul menjawab bahwa Qisthanthiniyyah-lah yang akan dibebaskan terlebih dahulu.

Dan kabar gembira ini betul-betul terwujud setelah lebih dari 800 tahun! Tepatnya pada tanggal 20 Jumadil Awal, 857 Hijriyah, di tangan pembebas Utsmani, Muhammad Al-Fatih r.a.. Maka, tinggal satu lagi kabar gembira dari Rasulullah Saw. yang akan terwujud, yaitu Islam akan membebaskan Ibu kota Italia (Roma). Insyâ Allâh…

Begitu banyak kabar gembira dai Rasulullah yang selalu saja membuncahkan optimisme dalam dada kita, sehingga tibalah masa kita untuk membebaskan negri yang belum terbebas, bila tidak, maka di mana giliran kita?! Bukankah kita juga memiliki kesempatan yang digilirkan, sehingga kita juga berhak untuk membebaskan?!

Bersambung...